Kafein

    Kafein dikenal sebagai zat yang efektif untuk meningkatkan kewaspadaan, membantu orang agar tetap terjaga. Komponen ini juga menjadi bagian penting dari obat yang dirancang untuk meredakan migrain. Meski bermanfaat untuk mengatasi kantuk, kafein tak dapat menjadi pengganti dari tidur yang cukup.

    Golongan obat: Antimigren dan Antivertigo Merek dagang: Alfidon, Bimagen, Bodrex migra, Cafmosol, Copara, Ericaf, Fasidol Plus, Hemaviton Drink, Kuku Bima Ener-G, Mirasic Plus, Mixalgin, Paramex, Oskadon, Panadol Extra, Paracaf Extra, Pat Po Tjin Tju San, Saridon

    Apa itu Kafein?

    Kafein merupakan zat kimia alami yang ditemukan dalam kopi, teh, minuman bersoda, dan cokelat. Fungsinya dalam tubuh adalah sebagai stimulan bagi otak dan sistem saraf, serta meningkatkan produksi hormon kortisol dan adrenalin. Dalam dosis rendah, kafein dapat meningkatkan kesegaran, konsentrasi, dan mengurangi rasa kantuk. Di Amerika Serikat, penggunaan kafein bahkan telah disetujui oleh FDA untuk pengobatan sleep apnea dan displasia bronkopulmoner pada bayi prematur. Di Indonesia, kafein sering ditemukan dalam produk kombinasi dan umumnya digunakan bersama parasetamol untuk mengatasi sakit kepala dan nyeri.

    Dosis Kafein

    Kafein tersaji dalam bentuk kaplet, tablet, serbuk, dan suntik, dengan dosis yang ditetapkan berdasarkan kebutuhan dan respons individu. Berikut adalah dosis umum berdasarkan tujuannya:

    Meredakan kantuk:

    • Dewasa: 50-200 mg setiap 3-4 jam

    Meredakan migrain atau sakit kepala jenis tension:

    • Dewasa: 100-250 mg per hari, biasanya dikombinasikan dengan obat lain seperti ergotamine atau paracetamol

    Pengobatan apnea neonatal pada bayi prematur:

    • Bayi baru lahir: sebagai kafein sitrat, dosis awal adalah 10-20 mg/kgBB intravena sekali sehari dengan dosis pemeliharaan 5 mg/kgBB

    Aturan Pakai Kafein

    Gunakan kafein sesuai anjuran medis atau instruksi yang tertera pada kemasan. Jangan meningkatkan atau mengurangi dosis sembarangan dan konsumsi dalam periode yang ditentukan. Kafein dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan dengan segelas air putih. Bila terlewat dosis, konsumsi sesegera mungkin kecuali waktunya sudah dekat dengan dosis berikutnya. Hindari menggandakan dosis. Untuk bentuk suntik, administrasi hanya oleh tenaga kesehatan di bawah pengawasan dokter. Simpan di tempat yang sejuk dan kering, terlindung dari sinar matahari serta jauh dari jangkauan anak-anak.

    Efek Samping Kafein

    Konsumsi kafein bisa menimbulkan beberapa efek samping seperti berikut ini:

    • Mual
    • Muntah
    • Sakit perut
    • Kesulitan tidur
    • Sering buang air kecil

    Efek samping yang lebih serius termasuk muntah hebat, diare yang berkepanjangan, nyeri dada, pusing yang parah, tremor, dehidrasi, detak jantung yang cepat atau tidak teratur. Apabila efek samping bertambah buruk, atau terjadi reaksi alergi, segera cari pertolongan medis.

    Peringatan dan Perhatian Saat Pakai Kafein

    Penggunaan kafein dalam bentuk obat harus dilakukan dengan penuh kewaspadaan, terutama pada kondisi seperti:

    • Kecemasan yang parah
    • Masalah kardiovaskular
    • Fungsi hati yang terganggu
    • Penyakit ginjal
    • Riwayat kejang
    • Periode kehamilan

    Penting untuk memberi informasi kepada dokter tentang riwayat alergi atau penggunaan obat tertentu. Konsultasi dengan dokter diperlukan sebelum memberikan kafein kepada anak di bawah 2 tahun atau pada lansia, karena mungkin belum ada penelitian khusus tentang efek sampingnya pada kelompok usia tersebut.

    Penggunaan kafein harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan individu. Hindari penggunaan kafein jika:

    • Sensitif atau alergi terhadap kafein
    • Menderita penyakit jantung, aritmia, hipertensi, tukak lambung, atau masalah mental termasuk gangguan kecemasan
    • Anak berusia di bawah 12 tahun
    • Sedang dalam pengobatan dengan golongan xanthine seperti teofilin

    Selain itu, untuk keamanan tambahan, hindari penggunaan kafein selama kehamilan, menyusui, atau merencanakan kehamilan tanpa nasihat medis yang tepat. Pastikan untuk memberi tahu dokter tentang kondisi kesehatan Anda sebelum menggunakan kafein, dan segera cari bantuan medis jika mengalami overdosis atau efek samping yang serius.

    Efek Kafein untuk Ibu Hamil dan Menyusui

    Kafein berada dalam Kategori C selama kehamilan, yang artinya risiko terhadap janin belum bisa ditentukan sepenuhnya. Karena itu, kafein sebaiknya hanya digunakan jika manfaat yang diperoleh lebih besar dibandingkan risiko. Bagi ibu menyusui, kafein dapat masuk ke dalam ASI. Oleh karena itu, konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan.

    Interaksi Kafein dengan Obat Lain

    Kafein memiliki potensi untuk berinteraksi dengan berbagai jenis obat, yang dapat mengubah efek keduanya. Penting untuk memberitahu dokter jika Anda mengonsumsi:

    • Obat Quinolones seperti ciprofloxacin
    • Theophyllines
    • Duloxetine
    • Ephedra atau Guarana
    • Rasagiline
    • Tizanidine

    Selain itu, mengonsumsi alkohol atau tembakau saat menggunakan kafein juga dapat menimbulkan interaksi yang tidak diinginkan.

    Interaksi antara kafein dan obat-obatan lain dapat menyebabkan risiko yang serius, seperti:

    • Peningkatan efek samping teofilin
    • Kenaikan kadar kafein dalam darah saat dikonsumsi bersama MAOI
    • Pengurangan efek vasodilator dari adenosine atau dipyridamole
    • Peningkatan detak jantung jika bersama phenylpropanolamine
    • Pengurangan keefektifan obat penenang atau beta blockers

    Penting untuk selalu mencatat obat yang Anda konsumsi dan memberitahukannya kepada dokter untuk mengantisipasi kemungkinan interaksi berbahaya.

    Mau konsultasi seputar obat dan kesehatan?

    Tanya Apoteker
    Catatan
    FAVO Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
    Kembali ke blog

    Produk Rekomendasi

    Tutup

    Ditinjau secara medis oleh apt. Diana Fatria, S. Farm

    Artikel terkait