Waduh, Mr. P Tidak Bisa Berhenti Ereksi? Kenapa, Ya?

Mungkin Anda sudah sering mendengar soal sulitnya penis ereksi, namun bagaimana jika terjadi sebaliknya? Apakah ini termasuk sebagai salah satu disfungsi ereksi? Apa penyebabnya? Yuk, simak di sini.

EREKSI tidak bisa terjadi tanpa aliran darah yang lancar. Ketika seorang pria terangsang, arteri di panggul dan penisnya akan rileks dan terbuka untuk mengalirkan banyak darah.

Di saat bersamaan, katup di pembuluh darah menutup, menjebak darah di area tersebut hingga menyebabkan penis ereksi. Salah satu disfungsi ereksi yang banyak diketahui orang adalah impotensi, yakni ketidakmampuan penis ereksi.

Namun, tahukah Anda bahwa penis tegang terlalu lama juga dapat digolongkan sebagai disfungsi ereksi? Berapa lamakah penis tegang terlalu lama hingga bisa dikategorikan sebagai disfungsi ereksi?

Jawabannya adalah selama 4 jam. Yap, jika penis ereksi lebih dari 4 jam, maka Anda perlu khawatir atau bahkan perlu segera melarikan diri ke unit gawat darurat rumah sakit.

Penis tegang terlalu lama selama lebih dari 4 jam bisa dikategorikan sebagai priapism, yakni sebuah kondisi yang disebabkan oleh terjebaknya darah dalam penis dan tidak dapat mengalir kembali seperti semula.

Priapism biasanya terasa sangat sakit dan dapat terjadi pada pria di segala usia, bahkan pada bayi yang baru lahir sekalipun. 

Dua Tipe Priapism

Ada dua tipe priapism yang dapat terjadi, yakni ischemic priapism dan non-ischemic priapism. Berikut perbedaannya.

Ischemic Priapism

Tipe ini terjadi ketika darah terjebak dalam ruang ereksi. Tidak ada penyebab yang jelas mengenai tipe priapism ini. Namun, tipe priapism ini kerap terjadi pada pria yang menderita leukemia atau penderita malaria.

Jika Anda tidak mendapatkan penanganan yang benar ketika mengalami priapism ini, Anda dapat terkena disfungsi ereksi permanen.

Non-Ischemic Priapism

Tipe ini lebih jarang terjadi dan biasanya tidak terlalu menyakitkan. Ini kerap terjadi jika Anda pernah mengalami cedera di area penis atau di area antara scrotum dan anus. Adanya cedera di bagian ini menghambat lancarnya aliran darah di area penis.

Apa yang Menyebabkan Priapism?

Penyebab priapism jarang diketahui. Namun, umumnya ini disebabkan oleh jenis pengobatan tertentu, misalnya pengobatan terhadap impotensi.

Obat untuk penyakit mental seperti depresi juga bisa memiliki kontra-indikasi yang menyebabkan priapism. Selain itu, penggunaan kokain dan ganja juga bisa memicu penyakit satu ini. 

Namun, penyebab paling umum yang membuat seseorang menderita priapism adalah penyakit anemia sel sabit, yakni kondisi di mana sel darah merah Anda tidak terbentuk sempurna.

Ini disebabkan oleh kelainan genetik. Sekitar 42% orang dewasa yang menderita anemia sel sabit juga mengalami priapism dalam hidupnya.

Pengobatan Apa yang Dibutuhkan untuk Priapism?

Untuk menentukan apakah Anda menderita ischemic priapism atau non-ischemic priapism, dokter mungkin akan melakukan beberapa tes.

Meski demikian, pada beberapa kasus, dokter bisa langsung mengenalinya lewat gejala. Selanjutnya, pengobatan akan ditentukan berdasarkan tipe priapism yang Anda derita.

Seperti dikutip dari healthline, jika Anda mengalami ischemic priapism, dokter mungkin akan menggunakan jarum untuk menghilangkan kelebihan darah dari penis Anda.

Ini dapat meredakan rasa sakit sekaligus menghentikan ereksi yang tidak diinginkan. Sebaliknya, jika Anda mengalami non-ischemic priapism, tindakan segera mungkin tidak diperlukan.

Dokter mungkin meresepkan obat dan menyarankan terapi dengan kompres es untuk meredakan ereksi. Namun, tak menutup kemungkinan bahwa operasi akan tetap dilakukan.

Sumber:

What Should I Do If My Erection Won’t Go Down?. https://www.nhs.uk/common-health-questions/mens-health/what-should-i-do-if-my-erection-will-not-go-down/. Dilansir dari 13 November 2019.

Kembali ke blog

Tulis komentar

Ingat, komentar perlu disetujui sebelum dipublikasikan.

Produk Rekomendasi

Tutup

Artikel terkait