4 Mitos tentang Seks yang Dibantah dalam Serial Netflix Sex Education

Apakah Anda juga salah satu penggemar dari Sex Education, film yang menggunakan genre komedi-drama untuk mengemas pendidikan seputar seks di dalam tiap episodenya? Kalau begitu, Anda wajib simak artikel ini.

HADIR dengan tema yang lebih luas seputar seks, nonton Sex Education berarti belajar perihal seks dari perspektif yang lebih luas, bagi remaja maupun orang dewasa.  

Pada musim kedua, serial ini mencoba untuk mengeksplorasi berbagai macam stigma tentang penyakit seksual menular, sampai tantanganyang harus dihadapi setiap orang ketika menerima orientasi seksualnya.

Dengan pendekatan yang jujur, salah satu rekomendasi film Netflix ini membuka kembali diskusi dan pembicaraan tentang topik-topik seputar seks yang masih dianggap tabu tanpa terkesan menggurui.

Pada beberapa episode, mitos-mitos seputar seks turut dibahas dengan pengemasan yang sangat baik. Apa saja mitos-mitos itu? Yuk, simak pembahasan di bawah ini! 

(Artikel di bawah mengandung spoiler)

1. Miskonsepsi tentang Klamidia dan Seputarnya

Episode pertama yang menjadi pembuka musim kedua serial ini membahas soal salah satu murid yang dituduh mengidap klamidia. Seisi sekolah menjadi panik dan sibuk menjauhinya karena mereka pikir mereka akan tertular.

Dr. Jean, Ibu dari Otis si pemeran utama, kemudian mengatakan bahwa histeria semua orang di sekolah itu tidak berdasar, dan apa yang mereka takutkan sebetulnya tidak ada.

“Kita tidak mungkin tertular penyakit dengan sekadar bernapas di ruangan yang sama; ia menular melalui cairan yang tertukar melalui seks yang tidak aman.”, katanya pada episode itu.

Apakah itu Klamidia?

Klamidia merupakan salah satu infeksi menular paling umum di Inggris. Infeksi ini disebabkan oleh bakteri yang menular melalui seks yang tidak menggunakan pengaman, dan sering kali menimpa remaja dan orang dewasa yang berusia di bawah 25 tahun. 

Penyakit ini dapat menyerang baik laki-laki maupun perempuan, serta harus langsung ditangani pada masa awal gejalanya muncul.

Maka dari itu, ada anjuran untuk memeriksa kesehatan seksual, terutama bagi mereka yang aktif di kehidupan seksualnya.

Gejala-gejala yang terlihat biasanya adalah rasa sakit ketika kencing, rasa sakit ketika buang air yang tidak biasa, rasa sakit ketika berhubungan seksual, serta pendarahan yang terjadi di antara siklus haid.

Jika gejala-gejala tersebut terjadi, sudah sebaiknya Anda langsung mengonsultasikannya ke dokter.

2. Apa Arti Panseksual?

Setelah Otis Milburn dan Ola Nyman memutuskan hubungan mereka, Ola tidak dapat berhenti memimpikan Lily Iglehart, seorang teman perempuannya yang kemudian membuat Ola mulai mempertanyakan seksualitasnya sendiri.

Ola mencoba mencari tahu sendiri untuk menemukan jawaban atas kondisi yang ia hadapi. Saat itulah ia menemukan istilah panseksual.

Menjadi seorang panseksual artinya adalah memiliki ketertarikan kepada seseorang, terlepas dari jenis kelamin maupun gender yang orang itu miliki. Istilah ini berasal dari prefiks Yunani pan—yang berarti ‘semua’.

Beberapa selebriti terkenal sudah banyak yang mendeklarasikan dirinya sebagai panseksual, seperti Miley Cyrus, Bella Thorne and Brandon Urie.

3. Apakah Semua Orang Menyukai Seks?

Setelah berbagai tekanan yang datang dari teman-temannya, Flo, seorang aktris teater Moordale akhirnya memutuskan untuk menyambangi kantor Dr. Jean. Secara tegas, ia bilang, “I don’t want to have sex.

Lho, kok bisa? 

Alih-alih memberikan penilaian berlebih, Jean justru meyakinkan Flo kalau itu adalah hal yang wajar.

Not having sex is a valid choice,” katanya. Tidak menginginkan hubungan seksual juga merupakan pilihan bagi tiap individu, dan bukan merupakan sesuatu yang salah atau tidak normal.

Apa itu Aseksualitas?

Aseksualitas merupakan sebuah kondisi di mana seseorang memiliki rasa ketertarikan yang sangat kecil hingga tidak sama sekali secara seksual kepada orang lain.

Maka dari itu, mereka yang menyatakan diri sebagai aseksual biasanya merasa tertarik kepada seseorang dalam bentuk selain seksual: romantik, platonik, maupun sekadar emosional.

4. Morning Pill?

Sebuah kejutan lain yang dihadirkan di dalam musim kedua Sex Education Film adalah bagaimana Otis akhirnya melepas keperjakaannya: kepada Ruby, perempuan paling populer di sekolah.

Terbangun dalam keadaan pusing akibat mabuk, mereka tidak sadar apakah malam sebelumnya menggunakan pengaman atau tidak ketika melakukan hubungan seksual.

Setelah berbagai pertimbangan, mereka akhirnya pergi ke apotek untuk membeli morning after pill. Meskipun dipaksa oleh Ruby untuk membeli, apoteker menolak untuk menjual pil tersebut kepada Otis.

Perempuan yang membutuhkan harus membeli morning after pill langsung, karena apoteker butuh menanyakan beberapa pertanyaan terkait aktivitas seksual dan periode haidnya terlebih dahulu.

Apa itu Morning After Pill?

Morning after pill atau pil KB darurat merupakan alat kontrasepsi darurat yang dapat dikonsumsi untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.

Perlu diingat, pil ini hanya untuk mencegah kehamilan dan dapat bekerja secara efektif tidak lama setelah hubungan seksual dilakukan. Pil ini tidak sama dengan obat penggugur kandungan.

Nah, itu dia beberapa miskonsepsi yang masih belum banyak diketahui oleh orang-orang dan dibahas di dalam Sex Education film. Bagaimana, sudah siap untuk nonton Sex Education musim ketiga?

Sumber:

4 sex myths debunked by hit Netflix show Sex Educationhttps://www.standard.co.uk/stayingin/tvfilm/sex-education-myths-debunked-netflix-show-a4336871.html. Dilansir dari 6 Maret 2020.

Kembali ke blog

Tulis komentar

Ingat, komentar perlu disetujui sebelum dipublikasikan.

Produk Rekomendasi

Tutup

Artikel terkait