Kisah Mantan CEO Multinational, Yayasan Pink Ribbon dan Pitapink Dalam Melawan Kanker Payudara

Kisah seorang Enny Hardjanto yang merupakan penderita kanker payudara dan pejuang yang melawan keganasan kanker dan berhasil melewati tahap penyembuhan yang menyakitkan melalui kemoterapi. Ibu Enny adalah seorang perempuan yang mempunyai karir, pergaulan, dan kehidupan yang cemerlang sebagai CEO sebuah perusahaan multinational, dosen, dan konsultan keuangan perbankan. Setelah divonis kanker payudara stadium 2 pada tahun 2004, Ibu Enny mencoba untuk melakukan pengobatan alternatif ketimbang pengobatan modern. Pilihan menggunakan pengobatan alternatif dilakukan karena beliau takut menghadapi rasa sakit saat melakukan kemoterapi. Karena hidup memang selalu dihadapkan dengan pilihan, sampai pada akhirnya Ibu Enny harus berjuang menghadapi keganasan kanker payudara

"Kemoterapi itu mahal dan juga menyakitkan. Sekali kemo bisa menghabiskan biaya puluhan juta rupiah. Belum lagi rasa sakit yang akan ditimbulkan." Tutur Enny Hardjanto (dikutip dari Go4HealthyLife.com). Setelah divonis tahun 2004, Enny seakan - akan menghilang dari dunia kerjanya, beliau mencoba untuk melakukan terapi alternatif yang ternyata memakan biaya yang tidak murah juga. Setelah satu tahun menjalankan pengobatan alternatif, ternyata sel kanker justru naik ke stadium lebih tinggi serta penyebaran sel kanker menyebar ke paru - paru dan organ tubuh lainnya. 

Usaha pengobatan modern-pun dilakukan oleh Ibu Enny, untuk bisa keluar dari kanker. Saat melakukan pengobatan di Rumah Sakit Malaysia, dokter menyarankan untuk melakukan kemoterapi terlebih dahulu karena sel kanker sudah menyebar. Kemoterapi dilakukan tiga minggu sekali, selama minggu pertama, rasa sakit yang dialami sangat parah. Namun langkahnya tidak terhenti hanya disitu. Kemoterapi dilakukan selama 3 bulan untuk menghentikan pertumbuhan sel - sel kanker. Akhirnya, dokter menyatakan sudah bisa melakukan operasi di bulan yang keempat. 

Operasi penganggkatan salah satu payudara dilakukan dan ternyata sel kanker telah menjalar ke tulang rusuk, sehingga harus dilakukan pengerikan tulang rusuk. Kemoterapi ke-4 dilakukan setelah operasi. Kondisi tubuh Ibu Enny sudah tidak mampu lagi menghadapi rasa sakit. Disitulah terbesit pikiran untuk mengakhiri hidup, "Saya meminta ke Tuhan untuk mengambil nyawa saya karena saya sudah tidak kuat lagi, dan saya tidak mau menjadi beban untuk orang lain". Lima menit kemudian Ibu Enny tersadar dan mensyukuri apa yang telah beliau lalui. "Saya sudah menjalani tiga kali kemoterapi dan operasi semuanya berhasil."

Berhasil melalui beberapa kali kemoterapi dan operasi bukanlah tanpa pengorbanan. Setelah selesai dengan tahap operasi masih harus melalui fase kemoterapi dan terapi radiasi. Pengontrolan setahun sekali juga harus dilakukan untuk mengetahui kondisi tubuh. Sel kanker dapat dengan sendirinya kembali jika tidak melakukan pengawasan yang ketat. 

Ibu Enny menjadi seorang pejuang diantara para pasien penyakit kanker payudara lainnya yang terus menjalani hidup untuk saling memberikan dukungan kepada para pasien kanker lainnya dengan bergabung bersama Yayasan Kanker Indonesia. 

Perjuangan Ibu Enny untuk bisa selamat dan keluar dari vonis dokter memang dibutuhkan ketabahan dan semangat hidup yang tinggi. Pada Juli 2013, Ibu Enny Hardjanto seorang kanker survivor meninggal dunia setelah perjuangan melawan kanker selama 8 tahun. Perjuangan menghadapi penyakit kanker tidak saja habis begitu saja. Rasa sakit dan gejala tidak enak lainnya masih akan terasa namun memang tidak sehebat tahap awal. 

Kanker payudara berhasil dilewati, penyebaran kanker paru - paru berhasil diatasi, namun sel kanker kembali menyerang bagian tulang yang tidak bisa lagi ditampung oleh tubuh Ibu Enny. 8 tahun menghadapi serangan sel kanker adalah suatu prestasi, semuanya dibutuhkan rasa disiplin dan semangat hidup. Perjuangan Ibu Enny tidaklah sia - sia, beliau telah menularkan semangat hidup yang tinggi kepada pejuang - pejuang kanker lainnya. 

Bali Pink Ribbon Breast Cancer Awareness Foundation

Banyak para survivor kanker yang menjadi penyemangat untuk para penderita kanker lainnya untuk memberikan semangat perjuangan melawan keganasan sel kanker. Gaye Warren merupakan seorang survivor kanker payudara asal Inggris, yang terinspirasi untuk membuat gerakan kesadaran penyakit kanker payudara yang masih sangat minim di Bali.

Gaye bersama suami dan dua orang temannya meminta bantuan dari anggota Bali International Woman's Association untuk melakukan kampanye penggalangan dana bagi kesadaran kanker payudara di Bali. Sehingga pada akhirnya pada tahun 2009 dilaksanakan kampanye penggalangan dana bagi pasien kanker payudara. Bantuan kampanye berupa dana terkumpul sangat besar melalui sponsor dermawan dari luar negeri seperti Australia dan juga bantuan medis dari Singapura. Media dan sponsor lokal juga sangat bersimpati dengan kampanye ini. 

Gaye sebagai pendiri Yayasan Bali Pink Ribbon Breast Cancer, didukung oleh banyak sukarelawan dari berbagai negara, para profesional medis di Bali, juga warga lokal dan pemerintah nasional yang ikut mendukung yayasan Bali Pink Ribbon. Dr Endrawati yang turut sebagai Co-Founder dari Yayasan ini berharap kegiatan amal ini akan menarik para relawan Bali, untuk meningkatkan dukungan keuangan dan mendapat pengakuan dari komunitas masyarakat Bali akan kampanye dukungan untuk para penderita dan survivor pasien kanker payudara. 

Pitapink, Peduli Kanker Payudara

Berdasarkan data pada tahun 2014, kanker payudara merupakan jenis kanker dengan jumlah penderita terbanyak, dimana di Indonesia sendiri terdapat 12.014 penderita kanker payudara. Dengan melihat kebutuhan masyarakat akan pelayanan, informasi dan keinginan untuk membantu pengobatan yang sangat mahal kepada para perempuan, terutama di Jakarta, yang terkena kanker payudara, maka pada tahun 2003, Ibu Linda Agum Gumelar meminta Dr.Sutjipto, Sp.B(K)Onk, untuk memikirkan model yayasan yang mempunyai misi untuk memberi edukasi mengenai pentingnya deteksi dini penyakit kanker payudara kepada masyarakat perempuan terutama di Jakarta dan sekitarnya maupun bantuan pengobatan kepada mereka yang terkena kanker payudara.

Setelah meminta nasihat dari beberapa mantan penderita kanker serta beberapa dokter dalam bidang penyakit kanker, khususnya kanker payudara maka pada tahun tersebut dibentuklah tim untuk menyusun usulan pendirian yayasan sosial yang bergerak khusus dibidang penyakit kanker payudara.

Setelah selesai usulan tersebut dan setelah disampaikan kepada ibu Linda Agum Gumelar untuk mendapat persetujuannya maka pada tanggal 19 Agustus 2003 terbentuklah Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta yang bersifat nirlaba dan yang merupakan mitra dari pemerintah Republik Indonesia dan yang akan bekerja sama dengan organisasi sosial lainnya, institusi pemerintahan dan swasta. Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ) mempunyai misi dan fungsi untuk memberikan pelayanan informasi mengenai bahaya penyakit kanker payudara kepada masyarakat perempuan khususnya di Jakarta dan sekitarnya dan juga membantu pengobatan yang merata bagi masyarakat, khususnya bagi pasien yang menderita kanker payudara.

Selain Ibu Linda Agum Gumelar, pendiri2 yayasan ini adalah Dr Sutjipto Sp(B)Onk (Alm), Ibu Tati Hendropriyono, Ibu Andy Endriartono Sutarto dan Ibu Rima Melati.

Dalam rangka memperingati bulan peduli kanker payudara di Indonesia, Anda para Asmania dapat ikut berpartisipasi dengan ikut menyumbang kepada Bali Pink Ribbon Breast Cancer Foundation dan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (Pitapink). Karena 10% dari penjualan produk perawatan payudara akan disumbangkan sebagai bentuk partisipasi meningkatkan kesadaran akan kanker payudara.  

Klik disini untuk ikut berpartisipasi melawan kanker payudara >>

Kembali ke blog

Tulis komentar

Ingat, komentar perlu disetujui sebelum dipublikasikan.

Artikel terkait